Senin, 04 Oktober 2010

JODOH DAN CARA MENCARINYA

Di pagi itu, kala matahari masih setengah jalan merayap, di sebuah gubug kecil di tengah persawahan desa kecil, duduk seorang ayah beserta anak laki-lakinya. Tampak wajah mereka pucat penuh keringat seusai menggarap sawah milik mereka sejak fajar tadi. Mereka duduk beristirahat sebentar sebelum pulang menuju rumah.



Di sela-sela istirahat mereka, si anak menanyakan sesuatu kepada ayahnya yang nampak sedang membersihkan cangkulnya. Si anak berkata pelan, "Ayah, jodoh itu apa sih? Dan bagaimana caranya kita bisa mendapatkan jodoh yang tepat untuk kita?".



Sang ayah terdiam sebentar, menatap mata anaknya yang penuh rasa ingin tahu, Sebentar, beliau tersenyum, lalu beliau mengubah tatapannya ke arah sebidang sawah yang luas, sembari menunjuk ke arahnya. Lalu, beliau berkata, "Nak, kau lihat sepetak sawah di sana? Aku ingin kau cabutkan satu saja tanaman padi yang paling bagus yang ada di sana. Tapi ingat nak, jangan melihat ke belakang untuk sekedar kembali dan berjalan mundur! Carilah saja apa yang ada di depanmu. Setelah kau cabut, berikan pada aku segera!".



Sejenak, si anak bingung. Tapi melihat senyum ramah ayahnya, dia bergegas menuju sepetak sawah yang dimaksudkan tadi.

Baru di tengah sawah saja dia sudah mendapatkan banyak tanaman yang bagus, tapi dia terus berjalan hingga ujung petak sawah karena dia percaya, ada yang lebih bagus di sana.



Setelah sampai ujung sawah, dia mencabut satu tanaman padi yang menurutnya paling bagus dari ujung petak sawah itu. Dia lalu kembali ke gubug untuk menyerahkan tanaman yang dimaksudkan itu kepada ayahnya.



Sang ayah bergumam, tak lama, lalu beliau angkat bicara. "Menurutku, tanaman ini tidak terlalu bagus dan istimewa, tapi mengapa kau cabut yang ini? Bukankah ada yang lebih bagus?".

"Begini ayah, tadi di tengah sawah aku melihat banyak sekali tanaman yang bagus-bagus, tapi aku terus berjalan. Aku ingin tahu dan berharap bahwa ada tanaman yang lebih bagus lagi di ujung sana. Tapi setelah sampai di ujung, memang itu yang paling bagus di ujung. Aku ingin kembali ke tengah, tapi engkau melarangnya, ayah. Lalu, bagaimana tentang pertanyaanku tadi?", jawab si anak. Dia tampak bingung atas perintah ayahnya barusan.



"Begini nak, tanaman ini adalah jodohmu. Kau mencari-cari tanaman ini di sepetak sawah. Sama seperti kau mencari jodohmu di sepanjang umur hidupmu. Tadi kau berkata, kau melihat banyak sekali tanaman yang bagus-bagus, tapi kau percaya bahwa di ujung sana akan ada yang lebih bagus. Sama ketika kau saat ini, melihat banyak sekali wanita yang kau temui di sekelilingmu, dan kau ingin memilikinya. Tapi, kau menghiraukan mereka karena kau percaya masih ada wanita yang lebih bagus di masa depan, dan kau melakukannya karena kau belum tahu, dan ingin tahu bagaimana masa depan yang akan kau hadapi dan wanita-wanitanya. Sampai di ujung pencarianmu, akhirnya kau memilih tanaman ini sebagai teman hidupmu. Meski ini tidak sebagus yang di tengah tadi, tapi memang yang inilah yang diberikanNya untukmu. Mengenai larangan kembali dan berjalan mundur, itu semua karena memang waktu berjalan maju, dan apa yang telah kau tinggalkan, tidak akan kau dapatkan kembali. Kau mengerti sekarang, nak?". Terang beliau kepada anaknya dengan senyum ramahnya



Si anak hanya terdiam, dia tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia sudah mengerti sekarang. Ayahnya telah menyadarkannya.



Sekian.....



Itulah gambaran tentang jodoh yang akan kita pilih dan dipilihkan nanti. Kita mungkin mendapati orang-orang yang menurut kita baik dan pantas saat ini, tapi bukan menurut Sang penetap takdir.

Jodoh kita telah ditunjuk, dan dipisahkan sejak keduanya diciptakan, tinggal kapan dan bagaimana kita menemukannya kelak. Itulah menariknya dari hidup. Mencari dan mencari, meski kata orang, dia akan datang sendiri, tapi kita masih tetap ingin mencari.



Dan saat ini, aku hanya ingin berdoa dan mendoakan.

Ya Allah, jagalah dia yang Engkau pilihkan terhadapku, hingga aku menemukannya kelak. Melingkarkan lengan tanganku untuk memagari sang tulang rusuk, dan menjaganya hingga dunia yang fana' ini ku tinggalkan.



Semoga...